Mentari pagi membawa suasana ceria
Membuat manusia, hewan dan tumbuhan segar dan sehat fisiknya
Alam semesta adalah media belajar manusia
Jadikan anak-anak kita bersahabat dengan alam lingkungannya
Saat ini berkembang sekolah-sekolah alam. Siapa aja bisa sangat
tertarik dengan konsep belajar di alam ini. Pertama: karena memang
mengindera alam secara langsung adalah bentuk penginderaan terhadap
fakta. Proses ini akan memudahkan dalam memahami sesuatu. Pendengaran
anak secara langsung akan mendengar alam. Mereka akan sensitif
mendengarkan suara-suara alam yang sangat kaya akan suara-suara makhluk
Allah. Demikian juga dengan penglihatan, banyak sekali warna-warna yang
ada di alam. Pergantian siang malam, pergantian warna air, warna langit,
warna daun, warna batuan dll. Tidak ada yang bisa mengalahkan kelas
belajar langsung di alam. Dengan belajar langsung di alam, anak akan
semakin mudah untuk mengenal Sang Pencipta Alam Semesta ini dengan
seluruh isinya yaitu Allah SWT.
Apakah Islam sendiri mengajarkan kita untuk belajar di tengah alam?
Ya. Banyak ayat-ayat dalam al Qur’an yang memerintahkan kita untuk
memperhatikan alam ciptaan Allah SWT. Ayat-ayat tentang bulan, bintang,
gunung, planet, sungai, hewan, burung dan tumbuh-tumbuhan ini mengajak
manusia berpikir tentang alam
Wassyamsi tajrii limustaqarri laHa: dan matahari berjalan (berputar
pada lingkaran yang ditentukan) sampai ia berakhir pada batas tertentu.
(QS yasin 38)
Wa fii anfusikum afalaa tubshiruun: pada dirimu sendiri apakah kamu tidak memperhatikan? (QS adz Dzariyaat: 21)
Lillaahi maa fissamaawaati wal ardh wakhtilaa fillaili wan nahaari la aayaatii li ulil albaab. (ali Imran)
Bagaimana kira-kira bentuk cara belajar di alam?
Harus difahami dulu tujuan dan targetnya. Tujuannya adalah membuat anak
menjadi ulil albab. Artinya anak memahami bahwa alam semesta ini dan
isinya adalah ciptaan Allah SWT. Sehingga akan semakin mendekatkan anak
dengan Allah SWT Sang Penciptanya. Anak akan memahami makna Laa ilaaha
illa Allah. Kemudian tentang target, adalah faham tentang fenomena alam,
sesuai materi yang diberikan. Ketika kita memberikan pelajaran tentang
pergantian siang dan malam, fenomena alam dan benda-benda yang terdapat
di dalamnya baik lautan, gunung, lembah dll, maka anak mengerti dan
memahami tentang konsep tersebut. Misalnya konsep siang dan malam. Tata
surya, rotasi bumi, bulan sebagai satelit bumi, Matahari sebagai pusat
tatasurya yang memberikan energi cahaya matahari bagi tatasurya ini. Dan
tatasurya tidah hanya matahari, masih banyak lagi galaksi. Ini akan
menggambarkan tentang keteraturan sistem tatasurya. Selanjutnya fenomena
alam dan tanda-tandanya bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk memahami
pergantian siang malam dengan perlaku makhluk, pergantian posisi bumi
dan bulan yang berpengaruh pada musim. Bahkan hingga penentuan arah
ketika dalam perjalanan. Agar kita bisa mengetahui kemana arah kiblat
dan juga perjalanan agar tidak tersesat. Ini target memahami fenomena
alam. Sementara tujuannya adalah semakin bertambah derajad sebagai hamba
Allah yang bertaqwa. Maka ketika sampai pada target faham, kemudian
anak mengucap subhanallah, maka kita melihat indikasi tujuan keimanan
terwujud. Ucapan subhanallah bukan hanya sekedar kata, tetapi dijiwai
oleh kesadaran.
Apakah berarti setiap materi harus selalu dikaitkan dengan ayat-ayat
dalam al Qur’an? Untuk target pelajaran prabaligh memang demikian.
Khususnya karena kurikulum dasar adalah tahfizh. Untuk menancapkan al
Qur’an dalam benak dan jiwa anak, maka setiap pelajaran harus dikaitkan.
Ini pelajaran sains, teknologi, dan geografi.. Khususnya terkait dengan
alam. Untuk matematika memang sebagai ilmu alat saja. Sebagai contoh,
ketika anak belajar di alam ini, untuk mengantarkan pada tujuan, maka
dalam QS al mukminuun: 89-91 ada gambaran tentang bagaimana cara
menanamkan keyakinan tentang Allah SWT. (… baca suratnya)
Jadi, memang sangat mudah bila pelajaran dilakukan di alam. Sekolah
alam juga bisa disesuaikan dengan tempat tinggal. Anak-anak yang tinggal
di pantai dan yang di gunung masing-masing punya kelebihan.
Persoalannya memang pada anak-anak yang tinggal di perkotaan. Mereka
harus dibawa ke gung atau pantai untuk bisa paham. Diakui ini juga perlu
biaya. Sehingga sekolah alam ini sangat cocok sekali dengan yang di
pedesaan gunung dan pantai atau hutan. Untuk itu sebenarnya tidak ada
kesulitan biaya pendidikan bila kita memahami konsep belajar tentang
alam. Karena saya melihat justru seolah-olah mereka yang tinggal di
pedalaman minim pendidikan, padahal potensinya justru luar biasa. Mereka
dekat dengan kekayaan alam yang luar biasa. Kalau sekiranya pemerintah
memfasilitasi pendidikan model ini, contoh: bagi anak-anak suku bajo di
perairan wakatobi, ini sangat tepat dengan model sekolah alam. Saya
pikir selama ini juga sudah menerapkan. Dengan konsep inis ebenarnya
justru manusia sendiri yang akan menjaga kelestarian alam. Orang-orang
yang dekat dengan alam, mencintai kehidupan alam, mereka memiliki
tanggung jawab yang besar untuk melestarikan alam. Akhir-akhir ini cara
berfikir masyarakat kita dirusak oleh pemikiran dan sistem kapitalisme.
Hukum proteksi kekayaan alam versi internasional seolah-olah melindungi
alam, tetapi mengapa justru mudah dimanfaatkan oleh para kapitalis.
Eksploitasi dan pengrusakan alam selama ini karena adanya
perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke negeri ini. Saya merasa yakin
bahwa peladang asli indonesia yang hidup berpindah dari pinggir hutan
ke hutan lain, sangat selektif menebang hutan. Mereka hanya menebangi
kayu-kayu kecil saja. Tetapi kayu-kayu besar dengan diameter satu meter
lebih yang menebangi kan perusahaan kayu besar. Demikian juga
tambang-tambang emas dan minyak yang ada di pedalaman. Merekalah yang
merusak alam indonesia. Sebenarnya konsep sekolah alam juga akan menjaga
kelestarian alam Indonesia. Jadi sangat cocok untuk negeri ini.
Sumber: Voice Of Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar